Ekonomi Kreatif Masyarakat Adat dan Penghayat Kepercayaan
Forum Kamisan Daring episode #9 mengusung tema “Ekonomi Kreatif Masyarakat Adat dan Penghayat Kepercayaan”. Masyarakat adat dan penghayat termasuk kelompok yang memiliki potensi sumber daya—tangible maupun intangible—yang dapat diolah dan dikembangkan menjadi produk yang dapat dipasarkan oleh masyarakat lokal. Ekonomi kreatif yang dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai adat dan penghayat merupakan solusi alternatif yang dapat mendorong perkembangan ekonomi masyarakat lokal untuk menjadi lebih mandiri. Selain itu, banyak masyarakat lokal yang memiliki produk-produk yang mencerminkan budayanya masing-masing.
Ekonomi kreatif mencakup 3 hal yaitu daya cipta, dikembangkan dan dibangun dengan kemampuan intelektual, dan nilai jual. Melva dari BPAN melihat bahwa masyarakat adat sudah melakukan ekonomi kreatif di berbagai bidang. Potensi dan pengembangan itu antara lain: kriya, musik, seni rupa, desain produk, fashion, kuliner, film dan seni pertunjukan.
Salah satu contoh pengembangan tersebut adalah BPAN Bima, Nusa Tenggara Barat yang memproduksi kopi robusta (santabe) dan madu hutan (lentera). Mereka memproduksi dari proses pembuatan hingga desain pengemasan. Selain itu ada produk dari BPAN Banten Kidul, Jawa Barat ayakni minyak bolondo dari Kasepuhan Neglasari, Gula semut aren dan angklung dari Kasepuhan Lebak Binong. Melva juga menyampaikan bagaimana eksistensi masyarakat adat dalam perkembangan ekonomi kreatif. Menurut Melva masyarakat tidak hanya eksis saja namun juga mampu memproduksi. Kendalanya adalah dalam proses produksi ini adalah mengenai resiliensinya atau keberlanjutan dari produk. Beberapa upaya yang dilakukan adalah dengan mengajak beberapa stakeholder untuk terlibat juga seperti BPAN, swasta, CSR dan pemerintah. Masyarakat adat butuh feedback untuk proses perkembangan e-kraf sehingga mampu memberikan dampak pada setiap usahanya.
Firmansyah memberi tanggapan bahwa ekonomi masyarakat adat dan penghayat itu memiliki dimensi lain tidak hanya dimensi ekonomi yang klasik, namun ada dimensi yang beririsan satu sama lain. Masyarakat adat memilki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Aspek penguasaan dalam sumber daya itu menjadi penting. Komoditas yang bisa menumbuhkan ekonomi masyarakat adalah komoditas yang ramah terhadap sistem pengetahuan budaya masyarakat adat. Karena ini tidak hanya mengenai hubungan komoditas saja melainkan hubungan kultural.
Selengkapnya: