Pengembangan Kapasitas Pemuda Penghayat Kepercayaan dalam Proses Kontribusi terhadap Bangsa
7 September 2023, FKD ke-19 berlangsung dengan tema “Pengembangan Kapasitas Pemuda Penghayat Kepercayaan dalam Proses Kontribusi terhadap Bangsa”. Forum yang dimoderatori oleh salah satu volunteer ICIR, Puti Ayu, ini telah menarik setidaknya 24 perhatian peserta. Diskusi ini menjelajahi bagaimana pemuda Indonesia mempertahankan kepercayaan dan ciri khas mereka dalam berkomitmen terhadap kemajuan bangsa. Pentingnya komitmen pemuda terhadap bangsa tidak hanya dilihat dari usia mereka, tetapi juga dari sikap dan tindakan mereka untuk aktif berkontribusi dalam kemajuan bangsa. Kontribusi ini tidak harus selalu berupa hal besar; terkadang dimulai dari tindakan-tindakan kecil seperti menyebarkan humor yang menyenangkan, berani mencoba hal-hal baru, bersikap lapang dada, dan tidak menyimpan dendam.
Jaya Damanik (Paguyuban Ugamo Malim), salah seorang Penyuluh Kepercayaan di SMP 1 Lumbanjulu, Sumatera Utara menjelaskan jumlah siswa Penghayat Kepercayaan yang bersekolah di tempatnya mengajar sebanyak 19 orang. Dalam FKD ke-18 dengan tema “Pengembangan Kapasitas Pemuda Penghayat Kepercayaan dalam Proses Kontribusi terhadap Bangsa”, ia menyampaikan bahwa Ugamo Malim atau Parmalim adalah hubungan vertikal antara manusia dengan Mulajadi Nabolun melalui sesaji atau persembahan yang bersih dan suci. berbicara tentang Parmalim maka tidak bisa lepas kaitannya dengan lingkungan, karena misalnya, sesaji sendiri berasal dari apa yang ada di alam sekitar. Konsep kehidupan bagi Parmalim adalah Mangolu uju mangolu, mangolu uju mate yang artinya hiduplah ketika kamu hidup, dan tetaplah hidup walaupun kamu telah meninggal.
Namun dalam perkembangannya, generasi muda penerus Penghayat Kepercayaan ini mengalami kekerasan verbal, tekanan, dan stigma. Hal ini menyebabkan penyusutan penerus kepercayaan, sehingga terjadi degradasi potensi dan aset bangsa. Karenanya, upaya Parmalim dalam mengatasi hal ini adalah melalui pendekatan persuasif yang memungkinkan adanya proses pendidikan kepercayaan di sekolah. Upaya lainnya juga dilakukan dengan mengembangkan pelembagaan membentuk Tunas Naimbaru, yaitu organisasi pemuda/pemudi Parmalim. Terdapat 3 strategi pengembangan untuk Parmalim:
- Parbinotoan Naimbaru (Ilmu Pengetahuan Baru) yang bermaksud menerima perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
- Ngolu Naimbaru (Kehidupan dan Penghidupan Baru) yang bermaksud meningkatkan taraf hidup, menerima perkembangan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perdaban tanpa melanggar etika sosial.
- Tondi na Marsihohot (Keyakinan yang Teguh) yang bermaksud tetap bertaqwa kepada Tuhan Debata Mulajadi Nabolon melalui ajaran Sisingamangaraja- Raja Nasiakbagi tanpa dipengaruhi ajaran keyakinan agama lain.
Triani Yuliastuti (Paguyuban Trisoka), juga salah seorang Penyuluh Kepercayaan, menjelaskan mengenai konsep untuk tetap berjiwa muda. Baginya, menjadi penyuluh dan memberikan pendidikan kepercayaan dapat membentuk karakter siswa sehingga menciptakan generasi yang berkarakter baik. Paguyuban Trisoka, juga sudah mengembangkan pemuda/pemudinya salah satunya adalah dengan menggerakkan orang-orang muda di lingkungan sekitar untuk melestarikan karawitan.
Kepala BPK VIII wilayah Banten dan DKI Jakarta, Lita Rahmiati, selaku penanggap menjelaskan peran pemuda adalah hal krusial yang harus diteruskan. Mereka semestinya tidak tertutup dengan pemahaman lain dan perkembangan ilmu pengetahuan, serta terbuka dengan kebijakan. Ia juga menyampaikan perlunya kolaborasi untuk semua pemuda sehingga menciptakan ruang berkembang.
Selengkapnya: