Forum Kamisan Daring ICIR #14 “Festival sebagai Advokasi: Merayakan Kembali Identitas Kewargaan Ekologis dalam Tradisi”

Forum Kamisan Daring (FKD) yang diselenggarakan oleh ICIR Rumah Bersama kembali menghadirkan diskusi yang menarik, kali ini dengan judul “Festival sebagai Advokasi: Merayakan Kembali Identitas Kewargaan Ekologis dalam Tradisi”. Diskusi ini mengangkat pentingnya festival adat sebagai sarana untuk mempromosikan nilai-nilai ekologis dan menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam.
ICIR, sebagai organisasi yang berfokus pada kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan gerakan kolektif demi masyarakat yang inklusif dan berkeadilan, menyelenggarakan forum ini untuk mengeksplorasi bagaimana tradisi adat, khususnya melalui festival, dapat menjadi bentuk advokasi kewargaan ekologis.
Menjaga Keseimbangan Alam melalui Festival
Diskusi dimulai dengan pemaparan dari Edi Patmo, inisiator komunitas Resan di Gunung Kidul. Edi berbicara tentang bagaimana Festival Rasulan di Gunung Kidul bukan hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga merupakan bentuk nyata dari kewargaan ekologis. Dalam festival ini, masyarakat tidak hanya merayakan hasil bumi, tetapi juga mengingatkan diri mereka akan tanggung jawab bersama untuk menjaga keseimbangan alam.
Melalui festival ini, masyarakat diingatkan bahwa alam harus dijaga, tidak hanya untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk masa depan. Edi menekankan bahwa ritual-ritual dalam festival ini berfungsi sebagai upaya untuk menjaga sumber daya alam secara berkelanjutan dan mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar mereka.
Selanjutnya, Basli Kodi Mayor, seorang perwakilan dari masyarakat adat Biakaron di Papua Barat Daya, berbagi cerita tentang bagaimana Festival Sasi dan Munara Beba menjadi bagian penting dalam pengelolaan lingkungan mereka. Kodi menjelaskan bahwa kedua festival tersebut bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga sebagai bentuk perlindungan terhadap alam dan pengingat akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Dalam tradisi mereka, pengelolaan alam tidak hanya dilakukan dengan cara memanfaatkan, tetapi juga dengan cara menjaga agar sumber daya alam tetap terjaga dan dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Melalui festival ini, masyarakat Biakaron menunjukkan komitmen mereka untuk menjaga alam dan berperan aktif dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Festival sebagai Alat Perlawanan Epistemik
Anton Janson sebagai penanggap dari mahasiswa doctoral ICRS UGM, menambahkan perspektif penting mengenai festival adat sebagai alat perlawanan epistemik terhadap sistem pengetahuan Barat yang sering kali meminggirkan kebijaksanaan lokal. Menurut Anton, festival adat bukan hanya sekadar bentuk hiburan atau perayaan budaya, tetapi juga menjadi ruang advokasi yang mendorong pemahaman tentang kewargaan ekologis.
Festival berfungsi sebagai platform pendidikan yang mengajarkan kepada masyarakat, terutama generasi muda, mengenai pentingnya menjaga alam dan mengelola sumber daya alam dengan bijaksana. Selain itu, Anton juga menekankan pentingnya memperkuat peran festival ini dalam membangun kesadaran sosial dan mengajarkan nilai-nilai ekologis yang sudah ada dalam tradisi adat.
Diskusi juga tidak luput membahas tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan festival adat di tengah perkembangan teknologi dan modernitas. Salah satu tantangan utama adalah kesulitan dalam mempertahnkan partisipasi generasi muda dalam festival tradisional. Dengan adanya pengaruh teknologi dan budaya global yang semakin kuat, banyak generasi muda yang lebih tertarik pada hal-hal yang lebih modern dan sering kali mengabaikan tradisi adat.
Forum ini menyoroti peluang yang ada untuk mengatasi tantangan tersebut, seperti dengan memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan festival adat kepada masyarakat luas, khususnya generasi muda. Mengadaptasi tradisi dalam konteks yang lebih modern dapat menjadi salah satu cara untuk memastikan bahwa festival ini tetap relevan dan menarik bagi generasi muda.
Kerja Sama Lintas Sektor untuk Penguatan Advokasi
Mas Edi berbagi pengalaman tentang pentingnya membangun jaringan kolaboratif antara masyarakat adat, akademisi, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil dalam memperkuat advokasi lingkungan berbasis adat. Kerja sama ini sangat penting untuk memperkenalkan festival adat sebagai bagian dari strategi advokasi yang lebih luas. Melalui kolaborasi ini, pengetahuan adat dapat digabungkan dengan riset ilmiah dan kebijakan pemerintah untuk menciptakan dampak yang lebih besar dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Diskusi ini ditutup dengan kesimpulan yang kuat bahwa festival adat merupakan ruang yang sangat penting untuk membangun kewargaan ekologis yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Festival-festival ini mengajarkan kepada kita bahwa hubungan antara manusia dan alam adalah hubungan yang saling bergantung, dan kita harus menjaga alam dengan cara yang bijaksana.
FKD kali ini juga menegaskan pentingnya melestarikan festival adat sebagai bagian dari identitas budaya yang tidak hanya berfungsi untuk merayakan, tetapi juga untuk mengedukasi dan menginspirasi perubahan yang lebih baik dalam hubungan kita dengan alam. Dengan memperkuat peran festival adat dalam kehidupan masyarakat, kita dapat membangun kesadaran ekologis yang lebih luas dan menciptakan dampak positif bagi masa depan lingkungan kita. [AA]
Tonton selengkapnya di sini:
Kontributor: Nita Amriani