Jiwa Luhur yang Melayani: Dinamika Pemuda Penghayat Kepercayaan
FKD 5 Oktober 2023 mengangkat tema “Jiwa Luhur yang Melayani: Dinamika Pemuda Penghayat Kepercayaan”. tema tersebut diangkat karena pemuda Penghayat Kepercayaan dianggap masih sering mengalami diskriminasi.
Sebagai Penghayat Kepercayaan dan anggota organisasi pemuda Penghayat Kepercayaan, Vika Leonita dari Gema Pakti (Generasi Muda Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME Indonesia) provinsi Jawa TimurĀ dan Ida Rosida, dari Taruna Budi Daya mencoba untuk memberikan pengertian kepada masyarakat baik melalui pemahaman karakter lawan bicara ataupun melalui sebuah event. Ida Rosida misalnya, menjelaskan program SILAM (diskusi lalang paham) yang diusung Taruna Budi Daya.
Selain program SILAM yang bertujuan untuk menguatkan kapasitas internal dalam menggali ajaran leluhur, Taruna Budi Daya juga memiliki kegiatan lain seperti pengadaan ritual pada hari-hari tertentu dan menjadi Penyuluh Kepercayaan. Mereka juga memiliki kegiatan eksternal seperti mengikuti forum lintas iman.
Vika mengatakan bahwa Penghayat Kepercayaan khususnya generasi muda butuh keberanian untuk menjelaskan kepenghayatannya. Hal ini dikarenakan, pemuda Penghayat Kepercayaan masih sering mengalami diskriminasi, masih jarang di dengar oleh masyarakat dan masih banyak yang salah mengartikan. Setiap pemuda Penghayat Kepercayaan harus memiliki mental yang kuat untuk percaya diri terhadap kepenghayatannya. Maka dalam hal ini, organisasi Penghayat bagi Penghayat Kepercayaan adalah ruang aman untuk menjaring kekuatan dan saling membantu sesama anggota sehingga terbangun relasi yang lebih luas.
Lemuel Christandi, mahasiswa CRCS UGM, sebagai penanggap berbagi pengalamannya serta menjelaskan bahwa untuk mempertahankan kepenghayatan ini khususnya bagi generasi muda perlu adanya wadah yang mengayomi. Hal ini penting agar tercipta rasa aman dan nyaman yang muncul dari relasi antar teman-teman sebaya untuk saling mendukung satu sama lain. Hal ini juga disepakati oleh Karunia Haganta, moderator FKD episode 23 ini. Ia juga menambahkan bahwa rasa nyaman tersebut tidak hanya muncul atas dasar kesamaan religiusitas namun hal-hal teknis lain yang mendukung kebersamaan mereka.
Selengkapnya: