FKD 2023Forum Kamisan DaringProgram

Peran Perempuan Penganut Agama Leluhur dalam Menjaga Warisan Budaya Nusantara

Di kancah internasional, Indonesia dikenal dengan warisan budayanya yang sangat kaya dan beragam. Kekayaan warisan budaya tersebut menjadi kekuatan tersendiri bagi Indonesia. Oleh karena itu, seyogianya seluruh warga–tidak terbatas pada usia, gender, ataupun kelompok memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan budaya nusantara. Namun, karena dominasi budaya patriarki, kita sering luput melihat keterlibatan perempuan dalam berbagai aspek, khususnya peran mereka dalam menjaga warisan budaya nusantara. Terlebih bagi kelompok perempuan adat dan penghayat kepercayaan, segregasi gender dan pemisahan kepercayaan dengan agama yang ada membuat mereka mengalami diskriminasi berlapis dan tidak dipertimbangkan suaranya.

Karenanya, seri ke-3 FKD ICIR 2023 pada Kamis, 23 Maret 2022 mengangkat tema “Peran Perempuan Penganut Agama Leluhur dalam Menjaga Warisan Budaya Nusantara”. Ditemani oleh narasumber Nareswati (Puan Hayati Jawa Tengah) dan Is Werdiningsih (Puan Hayati DKI Jakarta), serta penanggap Asaria Lauwing Bara (Komunitas Rumah Mentari Maulafa Kupang), dan dipandu oleh moderator Kaana M (JAKATARUB), FKD ini memberikan ruang bagi mereka untuk berdialog dengan masyarakat secara lebih luas.

Dalam penjelasannya, Is Werdiningsih menyampaikan bahwa setidaknya terdapat tiga nilai-nilai dasar spiritual dari Penghayat Kepercayaan. Nilai-nilai tersebut adalah sangkan paraning dumadi, manunggaling kawula gusti, dan memayu hayuning bawana. Ketiga nilai yang selalu dipegang oleh penghayat kepercayaan ini adalah puncak untuk mengetahui tugas sebagai manusia di muka bumi dan hubungannya dengan Tuhan. Spiritualitas itu menjadi bagian dari kepribadian penghayat kepercayaan dalam beribadah.

Melalui pemahaman nilai spiritualitas ini, perempuan dapat membina diri dan menjadi agen dari kader-kader pemuda penghayat kepercayaan sehingga dapat menjadi penerus ajaran dan menjaga warisan leluhur. Dalam seri ini dijelaskan bagaimana perempuan sudah mengambil alih dan mulai terlibat dalam berbagai aspek salah satunya pendidikan. Penguatan pendidikan sebagai upaya percepatan kaderisasi menjadi penting dalam hal ini untuk menciptakan kader yang berkarakter baik dan positif.

Nareswati juga memberikan penjelasan bagaimana peran perempuan penghayat kepercayaan dalam mewujudkan cita-cita mereka. Peningkatan nilai-nilai ketuhanan dari kearifan lokal menjadi poin penting untuk tetap diterapkan. Perempuan berperan sebagai ibu yang nantinya akan memberikan penjelasan dan pengertian kepada anak-anaknya bahwa yang dilakukan saat ini bukan hal yang menyimpang. Puan Hayati menjadi salah satu wadah yang bisa menjadikan perempuan penghayat kepercayaan terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan turut dalam pemajuan budaya.

Menanggapi kedua narasumber, Asaria menjelaskan tentang bagaimana relasi antara perempuan adat di NTT khususnya Komunitas Rumah Mentari Maulata Kupang memiliki relasi yang kuat dengan alam dalam konteks tenun. Ketika alam rusak maka masyarakat akan mengalami kerugian karena banyaknya keluarga yang bergantung pada tenun. Komunitas Rumah Mentari Maulata Kupang sendiri memiliki tantangan dalam melestarikan budaya tutur. Hal ini dikarenakan transfer kebudayaan terkendala karena generasi tua telah tiada atau pikun.

Simak tayangan selengkapnya:


 

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Lihat Juga
Close
Back to top button